Sarana Invasi Pemikiran (Wasailul Ghazwil Fikri)

Sarana Ghazwul Fikri
Ghazwul Fikri yang digelar untuk menghancurkan umat Islam tentunya memiliki sarana-sarana yang banyak sehingga tidak terdeteksi. Adapun sarana-sarana yang digunakan adalah sebagai berikut : 
  1. A’daul Islam (musuh-musuh Islam) dari kalangan alladiniyyah (atheis), al-yahud (yahudi), al-musyrikun (orang-orang musyrik), an-nashara (nasrani), dan al-munafiqun (orang-orang munafik) adalah kaum al-mustakbirun (sombong), karena selalu menolak kebenaran Islam dan meremehkan para penganutnya.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    الْÙƒِبْرُ بَØ·َرُ الْØ­َÙ‚ِّ ÙˆَغَÙ…ْØ·ُ النَّاسِ

    “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim).
    Mereka selalu berupaya merendahkan Islam dan menjauhkan manusia dari ajarannya dengan berbagai macam sarana, diantaranya adalah:
    Pertama, al-i’lam (media massa), al-mathbu’at (penerbitan), dan at-tarfihiyyat (hiburan).
    Media massa adalah senjata ampuh dalam ghazwul fikri. Karena ia memiliki kekuatan untuk mempengaruhi manusia; membentuk karakter, pemikiran, dan sikap mereka. Opini yang disebar media massa ibarat sihir; ia bisa tiba-tiba menjadi opini publik padahal belum teruji kebenarannya.
    Diantara musuh Islam yang menyadari keampuhan media massa ini diantaranya adalah kalangan zionis. Mereka disebut-sebut menguasai 96 % media massa di dunia.
    Reporter http://www.merdeka.com, Faisal Assegaf , dalam tulisannya yang diposting pada Rabu, 6 Maret 2013, menyebutkan bahwa penguasaan konglomerat Yahudi terhadap media dunia bukan isapan jempol. Ada enam perusahaan milik taipan Yahudi menguasai sekitar 96 persen media sejagat. Keenam perusahaan ini adalah AOL Time Warner, The Walt Disney Co., Bertelsmann AG, Viacom, News Corporation, dan pendatang baru Vivendi Universal.[1]
    Situs http://www.radioislam.org menggambarkan cengkeraman Zionis Yahudi terhadap Media Massa di dunia ini adalah sebagai berikut: “Jews have disproportionate influence on the medias in the West; the press, TV/Satellite channels, radio stations, publishing houses, and also in the film industry where for instance the Jewish dominance over Hollywood is used to promote their Apartheid state of Israel and Jewish values, and where the political enemies of Zionism are portrayed as sub-human….Hollywood is mainly – according to Jewish sources – in Jewish hands, and is misused as an instrument of propaganda. The Hollywood films shape the minds of Westerners but also, due to their Global reach, the rest of the world as well.”
    “Yahudi memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap media di Barat; saluran pers, TV / satelit, stasiun radio, penerbitan, dan juga dalam industri film dimana sebagai contohnya dominasi Yahudi atas Hollywood itu digunakan untuk mempromosikan Israel serta nilai-nilai Yahudi mereka, sedangkan musuh-musuh politik Zionisme digambarkan sebagai “bukan manusia” …. Terutama adalah Hollywood – menurut sumber-sumber Yahudi – Hollywood itu berada di tangan Yahudi, serta disalahgunakan oleh mereka sebagai alat propaganda. Film-film produksi Hollywood itu (digunakan untuk) membentuk cara / pola berpikirnya orang-orang Barat, dan oleh karena jangkauan film-film itu mendunia maka pada akhirnya adalah membentuk cara / pola berpikir (orang-orang di berbagai belahan) dunia juga.”
    Media bias in the U.S. is the manifestation and endresult of Israel’s power in the Western world. It is not always so much in blatant lies, but rather, it is in telling half-truths, taking events out of their historical context, and giving gentler names to actions by Israel vice vile ones to actions by Palestinians and Arabs.”
    “Pemutarbalikan fakta Media Massa di Amerika Serikat itu adalah manifestasi dan hasil akhir dari kekuasaan Israel atas dunia Barat. Kebohongan itu tidak selalu diungkapkan secara terang-terangan, melainkan, dengan cara menyampaikan separuh kebenaran. Yaitu dengan menyajikan suatu kejadian itu diluar konteks sejarah yang sebenarnya, lalu menggunakan “kata-kata yang bermakna melembutkan” terhadap tindakan-tindakan Israel (atas Palestina dan Arab), dan sebaliknya menggunakan “kata-kata yang melambangkan kekejian” (terhadap tindakan-tindakan orang Palestina dan Arab atas Israel).”
    Selain media massa, kalangan zionis juga menguasai industri hiburan—diantaranya adalah industri perfilman. Seorang jurnalis Yahudi, Elad Nehorai berkata:
    “Let’s be honest with ourselves, here, fellow Jews. We do control the media. We’ve got so many dudes up in the executive offices in all the big movie production companies it’s almost obscene… Did you know that all eight major film studios are run by Jews?” ( “Jews DO control the media”, The Times of Israel, July 1, 2012).
    “Mari kita bersikap jujur pada diri kita sendiri dalam hal ini, hai orang-orang Yahudi. Kita lah yang mengontrol media massa. Kita punya begitu banyak orang-orang dikalangan kantor Eksekutif di semua perusahaan produksi film yang besar-besar, yang hampir-hampir tidak masuk akal …. Tahukah Anda bahwa delapan studio perfilman utama, semuanya itu dijalankan oleh orang-orang Yahudi?” (“Yahudi BENAR-BENAR mengontrol Media Massa”, The Times of Israel, 1 Juli 2012).
    The New Yorker menulis tentang Haim Saban seorang Yahudi yang berkuasa di HollywoodHis greatest concern, he says, is to protect Israel, by strengthening the United States-Israel relationship. At a conference last fall in Israel, Saban described his formula. His “three ways to be influential in American politics,” he said, were: make donations to political parties, establish think tanks, and control media outlets.” (“The Influencer”, May 10, 2010).
    “Sebagaimana dikatakan (oleh Haim Saban), perhatiannya yang terbesar adalah untuk melindungi Israel, dengan menguatkan hubungan antara Amerika Serikat dengan Israel. Dalam konferensi musim gugur lalu di Israel, Saban mendeskripsikan formulanya, sebagai berikut: “Tiga cara untuk berpengaruh di dunia politik Amerika, adalah dengan memberikan donasi (pendanaan) pada partai-partai politiknya, menyokong para penggagas ide (think tank), dan mengontrol media massa.” (“The Influencer”, 10 Mei 2010).[2]
    Di dalam negeri pun, kita dapat melihat dan merasakan penggunaan media massa dan penerbitan oleh sebagian kalangan untuk menggiring opini negatif terhadap Islam dan umat Islam. Oleh karena itu, masalah penguasaan media massa ini seharusnya menjadi perhatian umat Islam, khususnya para aktivis dakwah.[3]
    Kedua, at-ta’lim (pendidikan).
    Sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya, bidang pendidikan adalah bidang yang paling diincar oleh musuh-musuh Islam, karena bila mereka dapat menguasainya, berarti mereka telah berhasil menguasai masa depan dan peradaban umat Islam. Maka, setiap kali kaum imperialis memasuki suatu negara, mereka biasanya terlebih dahulu menyerang strategi pendidikan di negara tersebut.
    Mereka berupaya keras mengganti kurikulum, metode, dan sistem pendidikan di dunia Islam dengan kurikulum, metode, dan sistem pendidikan yang bersumber dari budaya, serta pemikiran Barat, dengan tujuan, untuk mengangkat kebudayaan Barat, dan menghancurkan kebudayaan Islam.
    Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, invasi pemikiran di bidang pendidikan yang paling berbahaya adalah mereka mendorong putra-putri Islam untuk belajar Islam di negara-negara Barat. Maka, ketika mereka kembali ke pangkuan masyarakat muslim, kebanyakan mereka mengagung-agungkan dan memuji-muji kebudayaan Barat, sambil mencemooh habis-habisan kebudayaan Islam. Di mata mereka, kebudayaan Islam sudah kuno, usang, dan tidak cocok lagi dengan zaman modern.
    Ketiga, al-andiyat (klub-klub), ar-riyadhat (olah raga), al-muassasat (LSM-LSM)
    Klub-klub atau komunitas-komunitas, kegiatan-kegiatan olah raga, dan  LSM-LSM dengan beragam coraknya didirikan sebagai sarana menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai agamanya. Mereka menghidupkan acara-acara seni, budaya, kajian pemikiran, diskusi, dan lain sebagainya untuk menyebarkan syubhat.
    *****
    Dengan berbagai sarana tersebut mereka berupaya melumpuhkan ruhiyah, ma’nawiyah, dan fikriyah umat Islam sehingga mereka menjadi al-mustadh’afun (orang-orang yang lemah); bahkan tergiring menjadi al-murtadun (orang-orang murtad). Na’udzubillahi min dzalik.

Post a Comment

Silahkan memberikan tanggapan dengan menggunakan bahasa yang santun..terimakasih... :-)

Previous Post Next Post