Bahaya Pacaran |
Dampak buruk pacaran jelas sangat tinggi teman, harus dipertanggungjawabkan sampai dipelaminan. Lebih baik membatasi diri berpacaran agar kita bisa mengarahkan dan memfokuskan energi untuk menggali potensi dan menemukan passion dalam hidup ini. Berikut efek negatif pacaran yang tidak disadari oleh banyak anak muda :
- Pacaran hanyalah kerjaan terong yang dicabein untuk dilahap saat itu juga artinya berpacaran dimasa sekolah murni cinta monyet dari seseorang yang merindukan kasih sayang yang selama ini hampa.
- Beresiko – membuatmu semakin menjauh dari Tuhan padahal Dialah yang selama ini mengisi lubang dihatimu sehingga kamu berbahagia.
- Pacaran itu mengikat kehidupan mudamu. Kamu mau hidup terikat!
- Berpotensi - Hubungan dengan orang tua jadi renggang - Begini nich kalau pacar nyungsep dalam kehidupan kita.
- Tanpa disadari dan memang secara tidak langsung buat selisih paham dengan ortu. Kedekatan jadi renggang, komunikasi sudah tidak lancar lagi.
- Beresiko lebih terluka dan galau - Siapa sih yang tidak pernah sedih, dengan pacaran secara tidak langsung kamu telah menambah resiko untuk lebih terluka dan bersedih - mana ada pacaran yang mulus-mulus aja.
- Pergaulan tidak berkembang - pasangan tentu tidak suka kamu lirik sana-sini bicara ini itu sama orang lain terutama lawan jenis
- Teman itu-itu aja - otomatis kamu cuma punya sedikit teman karena waktu sebagian besar diberikan untuk bercengkrama dengan pasangan.
- Waktu belajar tidak maksimal - otomatis waktu belajarmu terganggu, belajar tidak fokus, deg-degan terus, ingat dia terus, dikit-dikit si SMS-in atau di telpon-i
- Pengetahuan dan wawasanmu tidak berkembang - Kebanyakan bergaulnya dengan orang itu-itu aja (pacar), mau jalan kemana-mana juga temannya itu-itu aja (pacar) : kalau begini terus bagaimana bisa berkembang kepribadiannya.
- Lebih boros - Udah pake uang orang tua, dibawa foya-foya pulak dengan pacar : Hidup begini apanya yang bisa dibanggain?.
- Kita dipaksa mengertikan seseorang - Pasti butuh proses panjang menyakitkan dan berliku-liku untuk melakukannya padahal masih banyak hal yang lebih penting untuk ditekuni.
- Ketergantungan sosial - Namanya juga pacaran, pasti pengen lagi - pengen lagi : ketemuan lagi, jalan lagi, curhat lagi. Pas mentok putus aja pasti ogah banget tuh untuk jomblo lagi. Hasratnya harus cari yang baru lagi. Mulai lagi deh dari nol.
- Pikiran yang masih sempit bercabang-cabang - Fokus menggapai cita dan asa jadi kabur karena yang ada dalam pikiran bagaimana caranya untuk menyenangkan sidia lagi.
- Perjuangan untuk mempertahankan kemesraan padahal ada ketidak cocokan dimana-mana beresiko menimbulkan stress.
Kebutuhan akan kemesraan (kemesraan murni hawa nafsu) terus meningkat. Dari sekedar jalan berbarengan kemudian pegangan tangan lalu berpelukan lagi-lagi dielus-elus akhirnya berciuman ujung-ujungnya buka-bukaan sampai gitu-gituan. Sadarilah bahwa pacaran itu syarat dengan hawa nafsu. Berdua-duaan dengan pacar sama artinya dengan manas-manasin nafsu seks. Ujung-ujungnya terbakar nafsu libido karena tiupan angin sepoi-sepoi yang meningkatkan syahwat. - Saya kasih tahu sebuah rahasia : hidup bersama dengan orang lain penuh dengan ketidak cocokan dan pertentangan disana-sini apalagi umur tidak jauh beda juga tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Oleh karena itulah dibutuhkan seks untuk menyelesaikannya. Lah orang pacaran cuma membebani hidup dengan memaksakan diri untuk berusaha mengerti satu sama lain.