Ilustasi : Perang Pemikian |
Hai.... gaess...
Kamu pernah melihat atau tahu, sesuatu yang baik dianggap buruk dan sebaliknya, yang buruk dianggap baik....
Pasti dong...
Banyak kok contohnya...
itu tuh, istilahnya adalah Ghazwul Fikri...
Apa sih Ghazwul Fikri itu.....
Yuk kita simak rame-rame....
Pastikan kopinya ya.....
Ghazwul Fikri itu ternyata bukan sekedar perang, tapi benar-benar perang yang perlu persiapan dan perencanaan matang dalam melawan pemikiran musuh, dan cara melawannya harus dengan kata-kata yang sesuai ilmu,” tutur Kak Jazuli, S.Kom.I, salah seorang peserta PAKIS ( Pelatihan Aktivis Rohis) yang digelar oleh Rohis An Nahl SMA Negeri 2 Metro.
Pemateri malam itu, Kak Jazuli menjelaskan bahwa Ghazwul Fikri bukan hanya berarti perang tanpa senjata atau perang menggunakan akal, akan tetapi di dalamnya ada elemen-elemen penting seperti konfrontasi yang terencana, punya tujuan penaklukan, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki.
“Ghazwul Fikri menyerang cara berfikir kita terhadap suatu hal, masuknya bahkan begitu halus hingga umat Islam sendiri pun tidak menyadarinya,” imbuh Kak Jazuli.
Perang Pemikiran |
Salah seorang peserta PAKISyang lain, Alfina Anggraeni, mengatakan bahwa belajar Ghazwul Fikri merupakan suatu hal yang baru baginya. Siswa kelas 10 SMA ini mengatakan, “Selama ini aku belum pernah dengar hal tersebut." " Selain itu, setahuku Barat itu gak suka dengan Indonesia dan ingin menjajah lagi. Tetapi semakin kesini agaknya lebih tepat barat menyerang Islam. Indonesia ‘kan mayoritas Islam.”
Contoh paling nyata misalnya di sinetron. Ada tokoh perempuan sholihah yang tersakiti berkali-kali seolah ia tidak pernah belajar dari kesalahannya,” pungkasnya disambut gelak tawa peserta PAKIS. Hal ini, menurut Kak Jazuli lagi, merusak pemahaman orang terhadap keshalihan seorang muslimah.
Saat ditanya tentang contoh nyata berdasarkan pengalaman pribadi, Farah, yang sehari-harinya menggunakan jilbab panjang, bercerita, “Aku pernah dikatain, " Udah deh kalo beragama islam itu yang biasa-biasa aja. Gak usah gede-gede jilbabnya. Radikal !!”
Lain halnya dengan Reza, yang saat ini kelas 10, “Di zaman ini banyak remaja yang terlibat free sex, alhasil banyak juga ‘tuh yang kena HIV. Bukan preventif yang dijadikan solusi, kontrasepsi yang diberikan untuk remaja. Padahal Islam sudah mengajarkan untuk jangan mendekati zina,” tukasnya.
Ghazwul Fikri |
Terkait bagaimana respon umat Islam menyikap perang pemikiran, Kak Jazuli menuturkan bahwa umat Islam harus memberikan perlawanan. “Jika belum bisa melalui ayat Al-Qur’an, bisa menyampaikan dengan Sirah Nabawiyah atau sejarah, karena sejarah itu fakta. Perluas wawasan keilmuan,” ujarnya. Akmal pun menambahkan, “Muslim yang menang dalam Ghazwul Fikri akan menjadi terhormat, sementara yang kalah akan menjadi budak.”
Reza mengakui bahwa perang pemikiran ini merupakan dinamika sosial yang belum banyak disadari oleh umat Islam. “Padahal (perang pemikiran) ini penting, urgen, sudah otak-atik akidah. Semoga kita bisa menebar dan mengajak kepada kebaikan yang benar,” pungkasnya. Hal yang sama pun diamini Alfina, “Umat Islam tidak boleh berpangku tangan untuk melawan serangan pemikiran!”